sumber : google.com |
Thursday, 17 February 2011 JAKARTA(SINDO) – Dengan inflasi tahunan (year on year)yang mencapai 7,02% pada Januari 2011,Indonesia tercatat sebagai negara dengan inflasi tertinggi kedua di antara negara- negara ASEAN.
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengatakan, inflasi di Indonesia tergolong mengkhawatirkan. Inflasi Indonesia hanya berada di bawah Vietnam yang membukukan inflasi mencapai 11,75%.Sementara negara ASEAN lainnya mencatatkan nilai inflasi lebih rendah yang bervariasi, antara lain Singapura 4,59%, Filipina 3,54%, Thailand 3,03%,dan Malaysia 2,2%.
“Ini pekerjaan rumah yang berat untuk kita mengingat krisis pangan masih menghantui perekonomian global,” tutur Bambang di Jakarta kemarin. Dia mengatakan, tekanan inflasi tidak hanya menarik perhatian pemerintah Indonesia, melainkan sudah menjadi isu dunia. Negara maju, termasuk China yang kini di peringkat kedua dalam peta kekuatan ekonomi dunia, turut merasakan tekanan inflasi yang tinggi.
Inflasi di China kini mencapai 5%, padahal selama ini perekonomian Negeri Panda tersebut relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan dan inflasi yang terjaga. “Ini warning bagi kita semua karena inflasi 7,02% merupakan yang tertinggi sejak dua tahun ke belakang,”tandasnya. Menurut dia,yang harus dijaga dalam upaya pengendalian tekanan inflasi adalah memfokuskan diri pada pengendalian harga dan volume pangan.Dia menjelaskan,dalam upaya menjaga tekanan inflasi, inflasi inti yang saat ini 4,1% perlu terus dipantau. Jika inflasi inti dapat diturunkan hingga kisaran 3%, peluang untuk menjaga tekanan inflasi 5,3% sesuai target di APBN 2011 masih terbuka. “Kalau tanpa faktor anomali iklim, inflasi inti 4,1% memang aman. Namun, dengan kondisi (harga pangan) saat ini, dengan inflasi inti 4,1% termasuk berat,” paparnya. Gejolak harga pangan membuat tekanan inflasi sulit dikendalikan.
Namun,pemerintah memprediksi tekanan inflasi bulan ini tidak akan lebih tinggi dibanding Januari 2011.Proyeksi BKF, inflasi bulan ini akan berada pada kisaran 0,3–0,5%. Prediksi rendahnya tekanan inflasi didasarkan pada mulai masuknya musim panen di Indonesia pada Februari–April. Terpisah, Direktur Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik BPS Kecuk Suhariyanto memperkirakan inflasi pada Februari 2011 akan masuk kategori rendah.
Inflasi pada bulan ini diperkirakan berada di bawah inflasi Januari 2011. Namun, dia belum mau menyebutkan prediksi BPS untuk inflasi bulan ini. “Kemungkinan inflasi akan di bawah 0,89% (inflasi Januari,) trennya rendah,”ujar Kecuk. Kendati demikian,dengan kondisi gejolak harga komoditas yang masih belum stabil, kemungkinan terjadinya deflasi masih sangat kecil.
Dia belum melihat kemungkinan terjadinya deflasi meski saat ini tengah menjelang masa panen raya. Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Prijambodo juga enggan memaparkan prediksi Bappenas terkait inflasi bulan ini. Alasannya, masih terlalu dini untuk melihat capaian angka inflasi pada pertengahan bulan ini.
Bambang menilai,target inflasi 5,3% pada 2011 dalam APBN 2011 sulit direalisasikan. Sebab, ketidakpastian ekonomi global dan gejolak harga komoditas akibat faktor perubahan iklim ekstrem dinilai masih akan mendorong tekanan inflasi. “Inflasi bisa 7%, itu sudah dalam pemahaman banyak pihak.
Angka itu juga sudah mempertimbangkan langkah-langkah pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan langkah-langkah pemerintah dalam menstabilkan harga di dalam negeri,” ungkapnya. Selain faktor eksternal, karakteristik ekonomi Indonesia secara historikalpunmenunjukkanbahwa tingkat inflasi akan sejalan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, jika ekonomi tumbuh di atas 6%, sulit untuk menjaga inflasi di bawah 6%. (wisnoe moerti)
data tabel inflasi negara-negara ASEAN 2005 - 2010 :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar